Oleh Dr.Tohari S,Sy S.Th.I M.S.I
Ketua Kafilah Haji Aisyiyah Kulon Progo Yogyakarta
Menjaga dan mengkondisikan lisan untuk,tidak mudah maràh, mencela, mengumpat,mengajak debat dan bertarung dll saat menjalankan ibadah haji buka soal yang mudah.
Karena hampir di setiap mendapatkan antrian panjang dan padat sangat besar potensi lisah mengeluarkan sumpah serapah pada orang lain.
Diantaranya saat mengantri bus baik menuju alharam atau saat pulang shalat 5 waktu dari alharam.
Penulis diperlihatkan oleh Allah ada jamaah yang terdorong karena antrian panjang dan padat saat akan masuk bus shalawat lalu keluar kata-kata *s* dan b*j*ng*n dengan wajah memerah.
Alhamdulillah semua bisa didamaikan oleh jamaah yang lain.
Adapulah jamaah rombongan kami diajak tarung karena tidak terima merasa terdorong. Alhamdulillahnya langsung sadar akan perbuatan jidalnya akan merusak pahala hajinya. Padahal menunggu haji 20-30 tahun lebih hanya dalam hitungan detik pahala hajinya rusak dan masuk kategori haji mardud dan mabur bukan mabrur dan maqbul.
Oleh karenanya Allah menurunkan ayat khusus untuk melarang perdebatan dalam pelaksanaan haji. Allah berfirman :
وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
“Dan tidak boleh berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (QS Al-Baqoroh : 197)
Diantara makna “dilarang berjidal/berdebat” menurut para salaf adalah, “Janganlah engkau mendebat kawanmu hingga membuatnya marah”, “janganlah engkau mengangkat suaramu di hadapan kawanmu”, “janganlah engkau mencaci saudaramu”, “jangan timbulkan permusuhan”,
(lihat Tafsir at-Thobari 3/477-482 dan Zaadul Masiir 1/165, dan ini adalah pendapat Ibnu Umar, Ibnu Ábbas, Thowuus, Átoo’, Íkrimah, An-Nakhoí, Qotadah dan Ad-Dhohhaak, dan inilah pendapat mayoritas ulama (lihat al-Majmuu’, An-Nawawi 7/140, yang dipilih oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni 3/277)
As-Sa’di rahimahullah berkata :
وَالْمَقْصُوْدُ مِنَ الْحَجِّ، الذُّلُّ وَالاِنْكِسَارُ للهِ، وَالتَّقَرُّبُ إِلَيْهِ بِمَا أَمْكَنَ مِنَ الْقُرُبَاتِ، وَالتَّنَزُّهُ عَنْ مُقَارَفَةِ السَّيِّئَاتِ، فَإِنَّهُ بِذَلِكَ يَكُوْنُ مَبْرُوْرًا، وَالْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ، وَهَذِهِ الأَشْيَاءُ وَإِنْ كَانَتْ مَمْنُوْعَةً فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ، فَإِنَّهَا يَتَغَلَّظُ الْمَنْعُ عَنْهَا فِي الْحَجِّ
“Tujuan dari haji adalah merendahkan dan menghinakan diri di hadapan Allah, mendekatkan diri kepadaNya semaksimal mungkin dengan kebajikan-kebajikan, serta membersihkan diri dari melakukan hal-hal yang buruk. Dengan demikian maka jadilah haji mabur, dan haji mabrur tidak ada balasan yang setimpal kecuali surga. Meskipun perkara-perkara ini (diantaranya perdebatan) dilarang di setiap tempat dan waktu akan tetapi lebih terlarang lagi tatkala haji” (Taisiir al-Kariim ar-Rahmaan hal 92)
Tulisan ini mengajak jamaah haji untuk senantiasa menjaga lisan dan emosi saat menghadapi antrian apa saja di daerah alharam Makkah.
Dalam Kitab Risâlah al-Mustarsyidîn Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah
Menybutkan doa doa pilihan
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَمْتِي فِكْراً وَنُطْقِي ذِكْرا
Allâhumma-j‘al shamtî fikran wa nuthqî dzikran
Wahai Allah, jadikanlah diamku berpikir, dan bicaraku berdzikir.
Semoga kita dapat terhindar dari lisan yang dapat menyakiti orang lain, dan dengan doa ini kita terjaga dari keburukan lisan kita dan semakin dekat dengan Allah dan haji kita mabrur dan maqbul dunia akhirat.
Wallahua'lam
0 comments:
Posting Komentar