Ketua Kafilah Haji KBIHU 'Aisyiyah Kulon Progo Yogyakarta
Kita diperintahkan untuk rajin ibadah bukan sekedar untuk mencari pahala. Ibadah memiliki tujuan moral dan etis. Dalam al-Qur’an misalnya, Allah katakan shalat mencegah perbuatan keji dan munkar. Puasa diwajibkan untuk menciptakan orang bertakwa. Puncak dari ketakwaan itu salah satunya berakhlak mulia. Zakat diwajibkan untuk membersihkan diri dan harta yang dimiliki, serta membantu orang yang kurang mampu.
Syekh Ahmad Thayyib. Kalau ada orang beribadah, tapi masih melakukan keburukan terhadap masyarakat dan manusia ini petanda ibadahnya tidak manfaat. Kalau ada yang shalat, puasa, haji, zakat, tapi ibadahnya itu tidak melahirkan akhlak mulia makanibadahnya tidak akan bermanfaat di hari kiamat kelak. Malah itu akan menjerumuskan mereka ke dalam api neraka
Diantara kemuliaan tanah haram adalah akan dilipatgandakan pahala shalat di masjid di tanah tersebut. Khusus untuk tanah haram di Makkah, kita ketahui bahwa pahala shalat di Masjidil Haram adalah 100.000 kali dari shalat di masjid lainnya.
Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.”
(HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173.)
Pesan nabi ini mampu mengerakkan kesadaran individual berlomba tiap hari sholat ke Masjid Alharam.
Hanya akan berbahaya pada diri personal dan orang lain jika tidak dikaitkan dengan petunjuk dalil lain dalam quran dan sunnah.
Ada dua kasus jamaah haji kesehatan mentalnya sakit :
1. Banyak jamaah haji sangat semangat ibadah ke Masjid Alharam namun tidak mengukurisasi dirinya akan nilai kekuatan fisiknya. Sehingga berdampak fatalisme. Belum menjalankan puncak haji sudah terkena sakit dadaan, jatuh saat berjalan,sakit lama kambuh dll. Akhirnya saran dokter wajib istirahat total dikamar sampai sembuh baru kemasjid. Jika belum sembuh akan dirujuk ke Rumah sakit Terdekat Al Haram.
Kondisi ini memaksa teman satu kamar, ketua regu dan karom tertahan melakukan tugas-tugas pokok harian di Makkah. Karena menjaga dan merawat individu yang sakit.
Pahamilah, bahwa suatu amal yang dikerjakan secara proposional (mudah dan lapang) itu lebih utama daripada amalan yang dikerjakan dengan cara takalluf (berlebih-lebihan) sehingga membebani diri melampaui batas kemampuan dirinya. Agama Islam adalah agama yang dilandasi dengan prinsip kemudahan.
Allah Ta’ala berfirman,
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Jika Allah Ta’ala saja tidak membenani seseorang kecuali dengan apa yang hamba-Nya mampu, bagaimana mungkin seseorang ingin mengerjakan sesuatu di luar kemampuannya. Tidak mungkin syariat Islam mengajarkan suatu amalan yang melampaui batas.
2. Selama di Makkah jamaah haji akan diberi tugas-tugas pokok agar semua kebutuhan anggota regu stabil dan berjalan baik selama berhaji. Mulai ada tugas membuang sampah dikamar,mengambil minum dan makan anggota regu jamaah tiap hari.
Tugas-tugas ini sangat mulia dan ini tanda mabrurnya haji dimulai dari menjalankan tugas-tugas sosial dengan baik dan benar. Yaitu saling melayani,saling memahami dan saling memaafkan.
Namun dalam realitas ideal diatas akan menjadi mati dan berubah menjadi penyakit jika ada anggota jamaah haji hanya semangat ibadahnya bagus dan rajim namun giliran menjalankan tugas-tugas utama kebersamaan haji lalai, jarang buang sampah, maunya dilayani tapi tak mau melayani, bisanya menuntut tapi tak mau disalahkan.
Akhirnya anggota regu menjadi tersakiti dan ribut karena karakternya yang buruk dan keringnya nilai-nilai tujuan berhaji.
Inilah tugas utama para jamaah haji harus terus mengasah pisau kesadaran diri akan tujuan haji yang sedang dan telah dikerjakan.
Ibadah seseorang kepada Tuhannya (hablum minallah) tidak memiliki makna yang berarti manakala tidak dibarengi dengan kualitas hubungan kemanusiaan yang baik dengan sesamanya (hablum minannas).
“Hablum minallah bisa tidak memiliki makna berarti jika hablum minannas tidak terjaga dengan baik,”
Islam mengajarkan bahwa orang yang bangkrut (muflis) adalah orang yang memiliki pahala begitu banyak karena ibadah yang dijalankannya, tapi karena banyak menyakiti hati sesamanya, Pahala tersebut menyusut bahkqn habis karena beralih kepada orang yang disakitinya karena lisan dan perbuatannya.
“Bahkan, kalau pahala yang dimilikinya sudah habis, maka dosa orang yang disakiti akan dialihkan kepadanya,” Artinya, (ini menunjukan) betapa agama Islam memberikan kedudukan aspek sosial yang luar biasa tingginya,”
Jika punya pahala kebaikan seperti pahala shalat dan puasa, maka akan dibagi-bagikan kepada mereka yang didzalimi di dunia dan belum selesai perkaranya artinya belum ada maaf dan memaafkan
Jika yang mendzalimi (mencela dan memaki) sudah habis pahalanya, maka dosa orang yang didzalimi akan ditimpakan dam diberikan kepada orang yang mendzalimi.
Inilah yang disebut dengan orang yang bangkrut atau “muflis” di hari kiamat. Adapun redaksi haditsnya sebagai berikut,
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”
Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).
Ibadah haji adalah sekolah atau tempat mengasah diri yang penuh keberkahan untuk membimbing jiwa, mensucikan hati, dan menguatkan iman.
Mari tulisan ini kita rutinkan bacaan doa ini,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)” (QS. Al Imran: 8).
Wallahua'lam
0 comments:
Posting Komentar